watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Susu lidya membawa nikmat

Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku
setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari
kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan
pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan
waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas
Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir
mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan
kemudian langsung menghempaskan tubuh
penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup
pintu kamar.
Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku
dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang
disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang
sudah sangat aku kenal.
"Ko, loe baru pulang yah?" gelegar suara Voni
memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
"iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?"
jawabku sewot sambil mengucek mataku.
"Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari
Bandung" jawabnya sambil tangan kirinya menarik
tangan seorang cewek masuk ke kamarku.
Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai
sepupunya itu, sambil tersenyum aku
menyodorkan tangan kananku kearahnya "Hai,
namaku Riko"
"Lydia" jawabnya singkat sambil tersenyum
kepadaku.
Sambil membalas senyumannya yang manis itu,
mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira
165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit
montok namun kulitnya yang putih bersih seakan
menutupi bagian tersebut.
"Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke
kamu" celetuk Voni kepada Lydia.
"Oh.."
"Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama
masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling
memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag.." kata
Voni sambil berjalan keluar dari kamarku.
Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan
kembali tersenyum ke Lydia.
"Cantik juga sepupu Voni ini" pikirku dalam hati.
"Lydia ke Jakarta buat liburan yah?" tanyaku
kepadanya.
"Iya, soalnya bosen di Bandung melulu" jawabnya.
"Loh, memangnya kamu nggak kuliah?"
"Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa
aja, males sih kuliah."
"Rencananya berapa lama di Jakarta?"
"Yah.. sekitar 2 minggu deh"
"Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga
"
"Oke deh"
Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari
kamarku. Aku memandang punggung Lydia yang
berjalan pelan ke arah kamar Voni. Kutatap BH
hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih
ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor
itu sambil membayangkan dadanya yang juga
montok itu. Setelah menutup pintu kamarku,
kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya
dalam sekejab saja aku sudah terlelap.
"Ko, bangun dong"
Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan
Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil
menggoyangkan lututku.
"Ada apa sih?" tanyaku dengan nada sewot setelah
untuk kedua kalinya dibangunkan.
"Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin.
Liat udah jam berapa masih belom mandi!"
Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak.
"Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?"
"Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren"
"Aduh Voni.. kan bisa besok.."
"Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi"
Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan
mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus
keluar dari mulut Voni.
"Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh
komputer!"
*****
Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur
di mataku.
"Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga"
gerutuku dalam hati.
"Tok.. Tok.. Tok.." bunyi pintu kamarku diketok dari
luar.
"Masuk!" teriakku tanpa menoleh ke arah sumber
suara.
Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian
ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku
akhirnya menoleh juga. Kaget juga waktu kudapati
ternyata yang masuk adalah Lydia.
"Eh maaf, tutupnya terlalu keras" sambil tersenyum
malu dia membuka percakapan.
"Loh, kok belum tidur?" dengan heran aku
memandangnya lagi.
"Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur"
"Voni mana?" tanyaku lagi.
"Dari tadi udah tidur kok"
"Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin
tugasnya yah?"
"Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih"
"Emang ngetikin apaan sih?" sambil bertanya dia
mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.
Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya
yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang
duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di
samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku
sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang
mulus karena dia hanya memakai baju tidur model
tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya
untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula
sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna
krem muda.
"Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?"
"Bukan parfum, lotion gue kali"
"Lotion apaan, bikin terangsang nih" candaku.
"Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?"
tanyanya sambil tersenyum kecil.
"Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya"
"Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong"
Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.
"Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih.."
pikirku dalam hati.
"Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang
sama elo?" tanyaku iseng.
"Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue
juga berani ngapain?"
"Gue cium loe ntar" kataku memberanikan diri.
Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke
arah depanku sehingga berada di tengah-tengah
kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.
"Beneran berani cium gue?" tanyanya dengan
senyum nakal di bibirnya yang mungil.
"Wah kesempatan nih" pikirku lagi.
Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong
kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri
persis di hadapannya.
Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku
bertanya " Bener nih nggak marah kalo gue cium?"
Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab
pertanyaanku.
Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium
lembut bibirnya. Lydia memejamkan matanya ketika
menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku
pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya
yang segera bertaut dan saling memutar ketika
bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat
aku semakin bergairah dan langsung menghujani
bibir lembut itu dengan lidahku.
Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan
Lydia ke ranjang. Dengan mata masih terpejam dia
menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan
halus yang didesahkan olehnya membuatku
semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah
tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya.
Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku
yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari
kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku
temukan. Dengan satu tarikan saja terlepaslah
penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan
pentil pink yang kecil segera terpampang indah
didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar
namun sayang tidak begitu kenyal sehingga
terkesan sedikit lembek.
Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan
lidahku. Setiap aku jilati puting mungil tersebut,
Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin
terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku
yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit
diantara celanaku dan selangkangannya.
Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan
buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri
ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-
gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga
terangsang membuatku tak tahan untuk segera
bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.
Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-
tiba saja dia menahan tanganku.
"Jangan Riko!"
"Kenapa?"
"Jangan terlalu jauh.."
"Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung
nih.."
"Pokoknya nggak boleh" setengah berteriak Lydia
bangkit dan duduk di ranjang.
Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya
di hadapanku.
"Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa
disuruh bobo lagi?" tanyaku sambil menunjuk ke
arah penisku yang membusung menonjol dari balik
celana pendekku.
Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia meloroti
celanaku plus celana dalamku sekalian.
Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku
mungkin saja dia berubah pikiran.
Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam
penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik
turun dengan irama yang teratur.
Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar
dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku
Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang
penisku tetapi semakin lama semakin cepat.
Nafasku memburu kencang dan jantungku
berdegub semakin tak beraturan dibuatnya,
walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi
pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah
yang pertama bagiku, apalagi ditambah
pemandangan dua susu montok yang ikut
bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang
menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan
kanannya.
"Lyd.. mau keluar nih.." lirih kataku sambil
memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.
"Bentar, tahan dulu Ko.."jawabnya sambil
melepaskan kocokannya.
"Loh kok dilepas?" tanyaku kaget.
Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan
dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku
menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan
dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku
dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung
kembar itu membuatku terkesiap menahan napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali
mengocok penisku yang terjepit diantara dua
susunya yang kini ditahan dengan menggunakan
kedua tangannya.
Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur
tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang
lebih besar daripada kocokan dengan tangannya
tadi.
"Enak nggak Ko?" tanyanya lirih kepadaku sambil
menatap mataku.
"Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang
kencang.."
Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah
pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke
bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang
lembut.
"Ahh.. ohh.." desahnya pelan sambil kembali
memejamkan matanya.
Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras
semakin membuatku lupa daratan.
"Lyd.. aku keluar.."
Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku
yang kental segera menyembur keluar dan
membasahi lehernya dan sebagian area dadanya.
Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa
bersandar di dinding kamar. Aku memandang
nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan
mencari tissue untuk membersihkan bekas
spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari,
sambil tersenyum lagi dia bertanya
"Kamu seneng nggak"
Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.
"Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni"
katanya memperingatkanku sambil memakai
kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah
kemana.
"Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak
mau lagi ngocokin gue"
Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah
menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak
menuju pintu.
"Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo"
ujarnya sebelum membuka pintu.
"Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah" balasku
sambil menatap pintu yang kemudian ditutup
kembali oleh Lydia.
Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat
kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku
semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini.
Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu
ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin
saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari
lubang surga Lydia, yang pasti aku harus ingat
untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1649
U-ON

inc Powered by Xtgem.com